Peta Pemikiran Karl Marx
Posted by DENBAGUS in TOKOH - TOKOH DUNIA
Peta Pemikiran Karl Marx
(Materialisme Dialektis Dan Materialisme Histories)
Judul: Peta Pemikiran Karl Marx (Materialisme Dialektis dan Materialisme Historis)
Pengarang: Andi Muawiyah Ramly
Penerbit: Pustaka Sastra LkiS Yogyakarta
Tahun Terbit: Maret 2004
Jumlah Halaman: 196 halaman
Ukuran Buku: 12x18,5 cm
Peresensi: Khairul Anam
.
Materialisme Dialektis
Materialisme dialektis bertitik tolak dari materi yang satu-satunya kenyataan. Karl marx mengartikan dialektika materialisme sebagai keseluruhan proses perubahan yang terjadi terus menerus tanpa ada yang mengantarai. Dari proses itu kemudian timbul kesadaran melalui proses pertentangan, dan hal ini ada pertentangan antara segi-segi yang berlawanan dan gagasan bahwa segala sesuatu barkembang terus.
Dialektika materialisme pada perkembangannya merupakan jawaban persoalan filsafat dizamannya. Rumusan Hegel tentang kenyataan misalnya merumuskan bahwa apa yang nyata dapat dipikirkan dan apa yang dapat dipikirkan adalah nyata. Tetapi, Feurbach yang mendasari filsafat materialisme marx tidak setuju dengan rumusan dialektik Hegel, karena kalau dikatakan pikiran merupakan tesis sedangkan penampakan kenyataan (antitesis) pada akhirnya juga berada dalam pikiran, hal demikian tidak menjawab esensi persoalan. Sebab itu, Feurbach mengembalikan kenyataan pada materi.
Akan tetapi menurut Marx, Hegel tidak dapat membebaskan dari alienasi dengan gambaran bahwa kenyataan materil merupakan cermin dari pikiran seperti juga Feurbach tidak bebas dari alienasi dengan gambaran bahwa kenyataan materil merupakan cermin kenyataan, namun materialisme tak praktis bertolak dari posisi ini, Marx menyebutkan dalam tesisnya ke-x bahwa “pendirian materialisme lama adalah masyarakat sipil atau masyarakat borjuis sedang materialisme baru seperti yang diusulkan Marx adalah masyarakat yang disosialkan”. Tetapi dalam tesis ke-xi menyatakan bahwa “ia tidak mau berspekulasi secara teoritis seperti yang ia lontarkan pada filosof-filosof sebelumnya, marx juga tidak menghendaki sejumlah teori baru yang tidak bertali marga dengan kondisi zamannya”. Arah filsafat macam ini adalah praksis social revolusioner sebuah arus loncatan dari dialektika ideal (Hegel) dengan materialisme verbalis (Feurbach) menuju dialektika materialis.
Manusia dan Alam
Karakteristik pembicaraan Marx tentang manusia didapatkan dalam rumusan bahwa manusia adalah mahluk yang konkrit. Manusia tidak akan pernah mampu untuk menyatakan kehadirannya diluar alam, bahkan manusia bukanlah roh yang terjun kedalam dunia materi seperti yang terdapat dalam dialektika Hegel. Manusia merupakan bagian integral dari alam dan materi, dengan kata lain manusia tergantung dari alam sekaligus mempunyai sikap aktif terhadap alam. Dari alamlah manusia memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya melalui praksis kerja, karenanya corak manusia dalam wawasan ini diacukkan kearah humanisme proletar yaitu kemanusiaan rakyat murba. Karena pada hakikatnya yang membuat manusia menjadi homo humanus adalah kerja.
Bagi Marx, alam hendaknya dipandang sebagai suatu proses yang dinamis, rumusan ini berangkat dari penolakannya terhadap materialisme lama yang menjadikan mesin sebagai ukuran untuk menerangkan alam, manusia dan binatang. Marx mengakui keberhasilan materialisme mekanistis Feurbach, akan tetapi Feurbach tidak cukup tuntas mendalaminya sehingga menggantikan manusia konkrit dengan suatu wujud khayalan dan abstrak, yaitu manusia sebagai suatu mahluk generic.. Berdasarkan alasan itu, Marx melihat manusia dan alam dari sudut pandang materialisme dialektis, bahwa seluruh kenyataan berkembang secara kualitatif dalam loncatan-loncatan yang menuju kepada perspektif realitas baru.
Materialisme Historis
Dalam materialisme Historis diungkapkan bahwa manusia hanya dapat dipahami selama ia ditempatkan dalam konteks sejarah. Manusia pada hakikatnya adalah insan bersejarah. Dan penafsiran sejarah sebelum Marx beragam macamnya baik itu secara fatalistic, social, politis, ide dan gagasan. Hal itu terjadi tidak lain karena ada penafsiran yang berbeda terhadap realitas sejarah yang terjadi.
Berbeda dengan Marx, dengan materialisme historisnya bertumpu pada dalil bahwa produksi dan distribusi barang serta jasa merupakan dasar unutk membantu manusa untuk mengembangkan eksistensinya. Dengan kata lain, penafsiran sejarah dari aspek ekonomi menempatkan pertukaran barang dan jasa sebagai syarat untuk menata segenap lembaga social yang ada. Karena itu Marx membagi tahap perkembangan sejarah kemanusiaan menjadi lima yaitu: pertama masyarakat komunal primitive, kedua masyarakat perbudakan, ketiga mayarakat feodal, keempat mayarakat kapitalis, kelima masyarakat sosialis. Dari lima tahap tersebut ada dua faktor kunci yang mendasari proses didalamnya. Pertama kekuatan-kekuatan produksi, kedua hubungan-hubungan produksi.
Pertentangan kelas dan Nilai Lebih
Menurut Marx riwayat dari dari setiap masyarakat adalah sejarah pertentangan kelas. Pertentangan kelas yang berlangsung sejak dahulu hingga kini mengarah pada pertentangan kaya (borjuis) dan pertentangan buruh (proletar). Konsep kelas dan pertentangan kelas ini muncul karena perkembangan pembagian kerja secara social, yaitu munculnya hak milik pribadi atas alat-alat produksi.
Kemudian Marx merumuskan formulasi teoritisnya dalam tiga hukum gerakan ekonomi: pertama hukum akumulasi modal kedua hukum konsentrasi modal ketiga hukum bertambahnya kemelaratan. Ternyata dari tafsiran tersebut diperoleh solusi bahwa masyarakat dalam kritiknya senantiasa mengedepankan faktor manusia dan hubungan manusia yang terlibat di dalam mekanisme produksi, karenanya dalam analisis ekonominya, ketika membahas soal produksi, upah kerja, nilai barang dan pasar sebenarnya yang menjadi inti perhatian Marx adalah hubungan kemanusiaan yang mendasari dan menjalin proses itu.
Revolusi Dalam Perspektif Sosialisme
Revolusi yang dilukiskan oleh Karl Marx dapat dijabarkan dalam dua tahap. Pertama, revolusi-revolusi yang yang dipelopori golongan feodal kedua revolusi yang dilakukan oleh kelas pekerja dalam upaya meruntuhkan kelas borjuis.
Dalam buku ini telah dijelaskan beberapa teori yang melatar belakangi lahirnya pola pemikiran materialisme dialektis dan materialisme historis dari Karl Marx yang dapat dijadikan acuan dasar bagi para pemula dalam memahami filsafat materialisme, serta pengantar untuk memahami pemikiran Karl Marx yang lebih luas agar kita dalam memahami pola pemikirannya tidak parsial karena Marx sendiri pernah berkata "aku Bukanlah Seorang Marxis".
Tetapi buku ini hanya terbatas sebagai suatu pengantar ke pemikiran Karl Marx. Dan sebagai pengantar tak dikemukakan didalamnya pengembangan lebih lanjut pemikiran Karl Marx oleh banyak kalangan teoritisi sosial mutakhir, yang kemudian dikenal sebagai kalangan revisionis. Demikian pula dengan teori sosialnya yang merasuk ke dalam pemikiran sosial-keagamaan, seperti teologi pembebasan.
(Materialisme Dialektis Dan Materialisme Histories)
Judul: Peta Pemikiran Karl Marx (Materialisme Dialektis dan Materialisme Historis)
Pengarang: Andi Muawiyah Ramly
Penerbit: Pustaka Sastra LkiS Yogyakarta
Tahun Terbit: Maret 2004
Jumlah Halaman: 196 halaman
Ukuran Buku: 12x18,5 cm
Peresensi: Khairul Anam
.
Materialisme Dialektis
Materialisme dialektis bertitik tolak dari materi yang satu-satunya kenyataan. Karl marx mengartikan dialektika materialisme sebagai keseluruhan proses perubahan yang terjadi terus menerus tanpa ada yang mengantarai. Dari proses itu kemudian timbul kesadaran melalui proses pertentangan, dan hal ini ada pertentangan antara segi-segi yang berlawanan dan gagasan bahwa segala sesuatu barkembang terus.
Dialektika materialisme pada perkembangannya merupakan jawaban persoalan filsafat dizamannya. Rumusan Hegel tentang kenyataan misalnya merumuskan bahwa apa yang nyata dapat dipikirkan dan apa yang dapat dipikirkan adalah nyata. Tetapi, Feurbach yang mendasari filsafat materialisme marx tidak setuju dengan rumusan dialektik Hegel, karena kalau dikatakan pikiran merupakan tesis sedangkan penampakan kenyataan (antitesis) pada akhirnya juga berada dalam pikiran, hal demikian tidak menjawab esensi persoalan. Sebab itu, Feurbach mengembalikan kenyataan pada materi.
Akan tetapi menurut Marx, Hegel tidak dapat membebaskan dari alienasi dengan gambaran bahwa kenyataan materil merupakan cermin dari pikiran seperti juga Feurbach tidak bebas dari alienasi dengan gambaran bahwa kenyataan materil merupakan cermin kenyataan, namun materialisme tak praktis bertolak dari posisi ini, Marx menyebutkan dalam tesisnya ke-x bahwa “pendirian materialisme lama adalah masyarakat sipil atau masyarakat borjuis sedang materialisme baru seperti yang diusulkan Marx adalah masyarakat yang disosialkan”. Tetapi dalam tesis ke-xi menyatakan bahwa “ia tidak mau berspekulasi secara teoritis seperti yang ia lontarkan pada filosof-filosof sebelumnya, marx juga tidak menghendaki sejumlah teori baru yang tidak bertali marga dengan kondisi zamannya”. Arah filsafat macam ini adalah praksis social revolusioner sebuah arus loncatan dari dialektika ideal (Hegel) dengan materialisme verbalis (Feurbach) menuju dialektika materialis.
Manusia dan Alam
Karakteristik pembicaraan Marx tentang manusia didapatkan dalam rumusan bahwa manusia adalah mahluk yang konkrit. Manusia tidak akan pernah mampu untuk menyatakan kehadirannya diluar alam, bahkan manusia bukanlah roh yang terjun kedalam dunia materi seperti yang terdapat dalam dialektika Hegel. Manusia merupakan bagian integral dari alam dan materi, dengan kata lain manusia tergantung dari alam sekaligus mempunyai sikap aktif terhadap alam. Dari alamlah manusia memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya melalui praksis kerja, karenanya corak manusia dalam wawasan ini diacukkan kearah humanisme proletar yaitu kemanusiaan rakyat murba. Karena pada hakikatnya yang membuat manusia menjadi homo humanus adalah kerja.
Bagi Marx, alam hendaknya dipandang sebagai suatu proses yang dinamis, rumusan ini berangkat dari penolakannya terhadap materialisme lama yang menjadikan mesin sebagai ukuran untuk menerangkan alam, manusia dan binatang. Marx mengakui keberhasilan materialisme mekanistis Feurbach, akan tetapi Feurbach tidak cukup tuntas mendalaminya sehingga menggantikan manusia konkrit dengan suatu wujud khayalan dan abstrak, yaitu manusia sebagai suatu mahluk generic.. Berdasarkan alasan itu, Marx melihat manusia dan alam dari sudut pandang materialisme dialektis, bahwa seluruh kenyataan berkembang secara kualitatif dalam loncatan-loncatan yang menuju kepada perspektif realitas baru.
Materialisme Historis
Dalam materialisme Historis diungkapkan bahwa manusia hanya dapat dipahami selama ia ditempatkan dalam konteks sejarah. Manusia pada hakikatnya adalah insan bersejarah. Dan penafsiran sejarah sebelum Marx beragam macamnya baik itu secara fatalistic, social, politis, ide dan gagasan. Hal itu terjadi tidak lain karena ada penafsiran yang berbeda terhadap realitas sejarah yang terjadi.
Berbeda dengan Marx, dengan materialisme historisnya bertumpu pada dalil bahwa produksi dan distribusi barang serta jasa merupakan dasar unutk membantu manusa untuk mengembangkan eksistensinya. Dengan kata lain, penafsiran sejarah dari aspek ekonomi menempatkan pertukaran barang dan jasa sebagai syarat untuk menata segenap lembaga social yang ada. Karena itu Marx membagi tahap perkembangan sejarah kemanusiaan menjadi lima yaitu: pertama masyarakat komunal primitive, kedua masyarakat perbudakan, ketiga mayarakat feodal, keempat mayarakat kapitalis, kelima masyarakat sosialis. Dari lima tahap tersebut ada dua faktor kunci yang mendasari proses didalamnya. Pertama kekuatan-kekuatan produksi, kedua hubungan-hubungan produksi.
Pertentangan kelas dan Nilai Lebih
Menurut Marx riwayat dari dari setiap masyarakat adalah sejarah pertentangan kelas. Pertentangan kelas yang berlangsung sejak dahulu hingga kini mengarah pada pertentangan kaya (borjuis) dan pertentangan buruh (proletar). Konsep kelas dan pertentangan kelas ini muncul karena perkembangan pembagian kerja secara social, yaitu munculnya hak milik pribadi atas alat-alat produksi.
Kemudian Marx merumuskan formulasi teoritisnya dalam tiga hukum gerakan ekonomi: pertama hukum akumulasi modal kedua hukum konsentrasi modal ketiga hukum bertambahnya kemelaratan. Ternyata dari tafsiran tersebut diperoleh solusi bahwa masyarakat dalam kritiknya senantiasa mengedepankan faktor manusia dan hubungan manusia yang terlibat di dalam mekanisme produksi, karenanya dalam analisis ekonominya, ketika membahas soal produksi, upah kerja, nilai barang dan pasar sebenarnya yang menjadi inti perhatian Marx adalah hubungan kemanusiaan yang mendasari dan menjalin proses itu.
Revolusi Dalam Perspektif Sosialisme
Revolusi yang dilukiskan oleh Karl Marx dapat dijabarkan dalam dua tahap. Pertama, revolusi-revolusi yang yang dipelopori golongan feodal kedua revolusi yang dilakukan oleh kelas pekerja dalam upaya meruntuhkan kelas borjuis.
Dalam buku ini telah dijelaskan beberapa teori yang melatar belakangi lahirnya pola pemikiran materialisme dialektis dan materialisme historis dari Karl Marx yang dapat dijadikan acuan dasar bagi para pemula dalam memahami filsafat materialisme, serta pengantar untuk memahami pemikiran Karl Marx yang lebih luas agar kita dalam memahami pola pemikirannya tidak parsial karena Marx sendiri pernah berkata "aku Bukanlah Seorang Marxis".
Tetapi buku ini hanya terbatas sebagai suatu pengantar ke pemikiran Karl Marx. Dan sebagai pengantar tak dikemukakan didalamnya pengembangan lebih lanjut pemikiran Karl Marx oleh banyak kalangan teoritisi sosial mutakhir, yang kemudian dikenal sebagai kalangan revisionis. Demikian pula dengan teori sosialnya yang merasuk ke dalam pemikiran sosial-keagamaan, seperti teologi pembebasan.